New Home?? I don't think so
Holaaaaaa. Kali ini mau cerita soal kehidupan kami di tempat baru. Kisah ini saya ceritakan setelah tinggal setahun di tempat baru. Lets start.
Di post sebelumnya aku udah cerita kan kalo aku beberapa hari
sebelum hari H sudah resign dari kantor?
Nah, setelah kejadian yang mengejutkan soal kepindahan ini. Ternyata masih banyak kejutan lagi yang kami dapatkan.
Lagi lagi kami masih di cobai Tuhan dengan suasana dan kondisi di lingkungan baru kami.
Sempat mikir, kok abis nikah gini amat yaaa?
Kok abis nikah rasanya sedih.
Cobaan kok gak ada habisnya?
Kenapa juga Tuhan harus mengirimkan kami ke tempat terpencil seperti ini?
Lagi lagi kami masih di cobai Tuhan dengan suasana dan kondisi di lingkungan baru kami.
Sempat mikir, kok abis nikah gini amat yaaa?
Kok abis nikah rasanya sedih.
Cobaan kok gak ada habisnya?
Kenapa juga Tuhan harus mengirimkan kami ke tempat terpencil seperti ini?
Saat tau hal ini, aku langsung search di google, dan aku hampir tidak menemukan berita apa apa mengenai daerah ini. Sepertinya tidak ada yang special.
Memang sih suami bukan mutasi, hanya
penugasan kerja selama 1 tahun. Akan tetapi tetap saja, namanya lagi sibuk
ngurusin pernikahan manalah ada waktu lagi buat mikirin persiapan harus pindah
lagi, kerjaan baru lagi, belum lagi mempersiapkan hati ke tempat yang bener
bener baru ya kan. Apalagi ini pindahnya ke tempat yang terpencil banget :(
Nah, akhirnya mau gak mau aku harus terima nasib ya kan? Memang sedih banget, tapi ya mau gimana lagi. Membayangkan hidup di dumai yang tidak ada mall dan tempat hiburan lainnya aja aku udah down banget,apalagi ini. Harus tinggal di daerah yang di pelosok, yang sepi, masih banyak hutan sawit, penduduknya sedikit dan gak ada apa2. Gak usah bayangin mall deh, indomaret aja ada udah syukur banget.
Sepulang honeymoon yang membuatku
lupa sejenak akan masalah ini, tibalah saatnya kami harus kembali ke dunia
nyata. Kami pulang langsung menuju S. P*kn*ng. Pesawat kami dari Kuala Lumpur
menuju ke Pekanbaru. Dari pekanbaru kami harus naik travel sekitar 3,5 jam.
Sebenernya kalo dari P*kn*ng ke Pekanbaru hitungannya lebih dekat, karena kalo
ke dumai bisa 5-6 jam.
Dan FYI, karena kepindahan ini mendadak jadi mengenaii rumah dinas atau tempat tinggal belum sempat diurus oleh suami. Jadi kami tinggal di wisma alias mess kantor
dulu. Barang2 suami juga masih di rumah Dumai.
Kami tinggal di wisma selama 2 atau 3 minggu, aku lupa persisnya. Karena harus menunggu serah terima rumah
dari penghuni lama. Dan juga ternyata rumah itu juga sudah kurang rapih, jadi
kami berniat untuk renovasi sedikit. Hanya ngecat ulang dan perbaiki pintu dan
jendela aja sih.
Abisan masa masuk rumah yang
berantakan sih? Ya kan? Lagian penghuni sebelumnya mungkin punya banyak anak
kecil, soalnya banyak coretan dan warna2 dindingnya warna warni gitu. Jadi aku mau dicat ulang dan dirapihin.
Nah, aku juga diajak suami berkeliling ke kotanya yang hanya cuma selurusan itu doang. Maksudnya? Ya, cuma jalan lurus itu doang. Palingan cuma 1 kilometer doang. Kota disini maksudnya adalah, yang ada toko tokonya yaaa. Ini udah disebut kotanya disini :(
Ya ada sih toko toko dan beberapa minimarket lokal yang salah satunya agak besar. Ya kayak indomaret versi lebih lengkap dikit lah.
Jangan bayangkan bisa wisata kuliner disini. Warung makan tidak terlalu banyak, apalagi restoran. Gak ada deh kayaknya. Semuanya masih hanya sekelas warung atau rumah makan sederhana.
Oh iya, ada satu tempat yang dikatakan cafe, yang makanannya menyediakan mie instan. Kita pesan mie goreng, yang dibawa indom*e goreng. Itu mah eike juga bisa bikin di rumah :(
Pesen ice coffe, ternyata cuma kopi instan biasa dikasih es batu, pesan french fries datangnya kentang goreng ala rumahan, kayak kamu kalo lagi bikin kentang goreng sendiri deh, yang bentuknya berantakan dan rasanya cuma ditaburin garem doang :(
Pernah beli nasi goreng di tempat lain, dibumbuinnya pake saos doang, pesen makan di penyetan ya rasanya standar banget. Bikin jera dan sama sekali gak pernah balik lagi.
Beli bakso di tempat jualan bakso yang paling hits disini, rasanya lumayan lah, rasa mecin :(
Beli buah, sampe rumah ternyata buahnya udah lama dan rasanya jadi aneh. Nyari pepaya aja susahnya minta ampun sampe harus ke kota sebelah dengan jarak tempuh 2 jam. Ahhh, sedih :(
Disini kita jadi katrok soal makanan, bahkan ketika lagi keluar kota, ketemu KFC aja jadi berasa surga. Ketemu mall sampe bikin aku terharu. Saking aku udah jadi tinggal di pelosok selama ini :(
Beli buah, sampe rumah ternyata buahnya udah lama dan rasanya jadi aneh. Nyari pepaya aja susahnya minta ampun sampe harus ke kota sebelah dengan jarak tempuh 2 jam. Ahhh, sedih :(
Disini kita jadi katrok soal makanan, bahkan ketika lagi keluar kota, ketemu KFC aja jadi berasa surga. Ketemu mall sampe bikin aku terharu. Saking aku udah jadi tinggal di pelosok selama ini :(
Fiyuuhhhh, hampir selalu bertanya tanya setiap hari. Apa rencanaMu Tuhan di dalam hidup kami?
Aku berusaha keras untuk menyesuaikan diri. Aku berusaha mencari tahu apa yang bisa aku banggakan atau apa yang bisa membuatku nyaman dan kerasan disini, tapi ternyata belum ketemu sampe sekarang.
Aku berusaha keras untuk menyesuaikan diri. Aku berusaha mencari tahu apa yang bisa aku banggakan atau apa yang bisa membuatku nyaman dan kerasan disini, tapi ternyata belum ketemu sampe sekarang.
Dan salah satu yang paling membuatku tidak nyaman adalah, karena menurutku masyarakat disini masih terlalu fanatik dan kurang toleran dengan penganut agama minoritas seperti kami.
Baru kali ini aku merasa terasing banget di sebuah kota. Aku sudah pernah bertahun tahun tinggal di kota Semarang, bertahun tahun pula di Jakarta. Tapi belum pernah merasa terasing seperti ini.
Di sini aku baru menemukan, bahwa orang orang yang fanatik dengan agamanya ternyata ada.
Kami beribadah di satu satunya gereja HKBP disini, dengan total jemaat hanya 60 kepala keluarga.
Bisa dong dibayangkan sekecil apa gerejanya?
Sedangkan gereja lain, satu gedung digunakan oleh beberapa gereja. Seperti GPIB, Advent dan Pentakosta. Itu juga jumlah jemaatnya tidak lebih dari 10 kepala keluarga.
Bisa dilihat kan betapa sedikitnya penganut agama minoritas disini?
Suasana komplek perumahan juga sedikit sepi. Bukan sedikit sih, tapi sepi. Untung kami dapet rumah di daerah yang ada penghuninya. Soalnya ada beberapa bagian komplek lainnya yang sepi alias kosong, tempatnya rada di pojokan di dekat hutan :(
Puji Tuhan rumah kami masih di tempat yang ramai penduduknya.
Kanan kiri sama depan ada tetangganya. Meski jarang betegur sapa.
Aku sempat berpikiran karena saking sedikitnya orang batak di daerah ini, maka kemungkinan besar mereka pasti kompak kompak ya kan?
Eh ternyata dugaanku salah. Aku banyak mendengar cerita dan menyaksikan sendiri ternyata banyak perpecahan di antara mereka. Katanya sih yang sekarang ini udah mendingan daripada yang dulu, kalo dulu mereka sampe berantem sesama jemaat. Dan hal yang paling buat aku ilfeel adalah, jemaat di gereja ini sudah berkali kali memulangkan Pendeta yang ditugaskan di gereja tersebut. Memulangkan gimana maksudnya?
Jadi kalo jemaatnya gak suka dengan pendetanya, ya mereka bikin surat dan minta tanda tangan masing masing jemaat untuk minta kepada Pimpinan Gereja Pusat untuk mengganti pendeta mereka. Dan ini terjadi bukan hanya sekali, sudah berkali kali.
Wew, jemaat yang aneh bukan? Sepertinya mereka punya hati yang agak egois dan tinggi hati. Isn't it?
Aku baru pertama kali menemui umat yang seperti ini\.
Aku merasa malu sebagai umat Kristen.
Dan FYI, pendeta yang melayani sekarang adalah yang pendeta yang cukup lama bisa bertahan dengan masa pelayanan hampir 2 tahun. Biasanya cuma bertahan 1 tahun aja. Wow, mereka dengan bangga menceritakan ini kepada saya. Aku sih sebagai pendengar justru merasa malu dan sedih.
Wahhh, aku gak bisa ngebayangin gimana jadi Pemimpin Jemaat di tempat ini, yang bisa dihujat bahkan di usir oleh jemaatnya sendiri.
Mereka sepeti Tuhan yaaa, ckckckckc.
Di tempat ini aku merasakan sekali sisi negatif dari orang batak itu cukup berkembang.
Egoisme mereka cukup tinggi dan merasa paling hebat :( :( :(
Satu hal yang mungkin membuatku sangat tidak nyaman disini adalah kurangnya privasi dan banyak kegiatan yang terlalu dipaksakan menurutku.
Kenapa aku bilang kurangnya privasi?
Karena begini, di tempat ini hal sekecil apapun yang terjadi, seluruh kampung bisa cepat tau.
Kenapa? Karena disini masih ada kebiasaan mengobrol di rumah tetangga (kata orang batak disini "mangota") dan bapak bapak nongkrong di warkop.
Aku tidak menyalahkan kegiatan ini selama tujuannya masih positif.
Tapi semakin kesini, aku merasakan kegiatan ini justru membawa dampak negatif.
Aku yang tidak suka keluar rumah hanya untuk mengobrol seperti ini dikata katain pemalas.
Bahkan karena aku jarang datang mengobrol ke rumah orang lain, ada yang sampe bilang gini. Ngapain di rumah aja? Jangan tidur mulu di rumah, nanti kamu gendut.
What? Siapa elu bisa ngejudge gue kalo gue di rumah cuma tidur aja?
Gak habis fikir aja sih, orang orang disini gampang banget ngejudge orang lain.
Dan berita sekecil apapun bisa tersebar dengan cepat karena kebiasaan ini.
Contohnya ya, si anu beli tivi baru aja bisa sekampung langsung tau.
Tau darimana?
Ya dari kebiasaan yang tadi.
Risih bukan?
Bahkan kalo misal gini nih, kami lagi keluar kota. Ya kami kan paling bilang ke tetangga doang sekalian nitip kunci. Nah besokannya pas kami pulang lagi, satu kampung bisa tau kami darimana.
Wihhhh, gak ada privasi banget yaaaa.
Aku berusaha memahami bagaimana cara masyarakat disini bergaul, tetapi semakin aku tau semakin aku merasa tidak nyaman. Hal yang paling tidak aku sukai, bagaimana mereka mudah sekali menjudge seserorang dan jika seseorang tidak sesuai dengan kebiasaan mereka langsung di judge salah atau tidak benar. Dan kebiasaan mereka membicarakan satu sama lain. Oh no, i hate this. Aku gak suka ini. Kenapa mereka bisa seperti ini? What do you think?
Yupppp..pola pikir !!!!
Emang sepertinya hal itu penyebab dari semua ini.
Pola pikir masyarakat disini sangat berbeda dengan kami.
Dan semakin aku tau, semakin aku merasa tidak nyaman dan berusaha menjauh.
Karena menurutku,bagaimanapun lingkungan sangat bisa mempengaruhi karakter kita.
Jadi kalo lama lama bergaul dengan mereka ini, bisa aja kan lama lama aku kayak mereka?
ahhh, BIG NO !!
Saya hanya berharap dan berdoa. Semoga Tuhan segera memberi suami pemindahan tugas ke tempat yang lebih baik. Aminnn.
Saya tidak bisa betah di tempat ini.
Saya merindukan tempat yang bisa menjadi tempat saya berkembang.
Bukan tempat yang mematikan semua semangat dan percaya diri saya.
Sebenernya saya mengalami banyak hal kurang mengenakkan di tempat ini. Banyak hal yang membuat saya sedih dan menangis disini.
Ada banyak banget kebiasaan dan pemikiran yang tidak sesuai dengan prinsip saya dan suami.
Saya dan suami berusaha untuk menghargai mereka.
Tapi maaf, kami tidak bisa dipaksa untuk hidup seperti mereka.
Mereka berusaha mensuggest kami supaya mengikuti cara hidup mereka.
Tapi maaf, kami punya prinsip sendiri.
Saya sudah terbiasa merantau dan biasanya saya cepat beradaptasi dan langsung bisa cinta dengan tempat baru.
Tapi kali ini, maaf.
Saya belum bisa mencintainya, meski sudah setahun disini.
Saya malah selalu berharap untuk bisa cepat cepat keluar dari tempat ini.
Saya belum bisa menyebut tempat ini rumah, seperti tempat tempat merantau saya sebelumnya.
Im sorry, but I still cannot say that this is our Home.
Nope.
Setelah semua ini..
Saya hanya ingin segera pindah :(
I need new place,
New environment
Just it !
Note : semua ini murni adalah pikiran dan pendapat saya aja. Mungkin menurut orang lain tempat ini baik baik saja, dan mereka betah.
Karena itu, sekali lagi. Semua ini murni hanya curhatan dan pendapat pribadi saya saja. Kita berada di negara yang bebas berpendapat ya kan? Jadi tidak ada niatan untuk menjatuhkan atau menyudutkan daerah tertentu. Saya cuman lagi curhat doang.
Kalo gak suka, mohon diabaikan dan di close aja :)
Love,
XOXO
Suasana komplek perumahan juga sedikit sepi. Bukan sedikit sih, tapi sepi. Untung kami dapet rumah di daerah yang ada penghuninya. Soalnya ada beberapa bagian komplek lainnya yang sepi alias kosong, tempatnya rada di pojokan di dekat hutan :(
Puji Tuhan rumah kami masih di tempat yang ramai penduduknya.
Kanan kiri sama depan ada tetangganya. Meski jarang betegur sapa.
Aku sempat berpikiran karena saking sedikitnya orang batak di daerah ini, maka kemungkinan besar mereka pasti kompak kompak ya kan?
Eh ternyata dugaanku salah. Aku banyak mendengar cerita dan menyaksikan sendiri ternyata banyak perpecahan di antara mereka. Katanya sih yang sekarang ini udah mendingan daripada yang dulu, kalo dulu mereka sampe berantem sesama jemaat. Dan hal yang paling buat aku ilfeel adalah, jemaat di gereja ini sudah berkali kali memulangkan Pendeta yang ditugaskan di gereja tersebut. Memulangkan gimana maksudnya?
Jadi kalo jemaatnya gak suka dengan pendetanya, ya mereka bikin surat dan minta tanda tangan masing masing jemaat untuk minta kepada Pimpinan Gereja Pusat untuk mengganti pendeta mereka. Dan ini terjadi bukan hanya sekali, sudah berkali kali.
Wew, jemaat yang aneh bukan? Sepertinya mereka punya hati yang agak egois dan tinggi hati. Isn't it?
Aku baru pertama kali menemui umat yang seperti ini\.
Aku merasa malu sebagai umat Kristen.
Dan FYI, pendeta yang melayani sekarang adalah yang pendeta yang cukup lama bisa bertahan dengan masa pelayanan hampir 2 tahun. Biasanya cuma bertahan 1 tahun aja. Wow, mereka dengan bangga menceritakan ini kepada saya. Aku sih sebagai pendengar justru merasa malu dan sedih.
Wahhh, aku gak bisa ngebayangin gimana jadi Pemimpin Jemaat di tempat ini, yang bisa dihujat bahkan di usir oleh jemaatnya sendiri.
Mereka sepeti Tuhan yaaa, ckckckckc.
Di tempat ini aku merasakan sekali sisi negatif dari orang batak itu cukup berkembang.
Egoisme mereka cukup tinggi dan merasa paling hebat :( :( :(
Satu hal yang mungkin membuatku sangat tidak nyaman disini adalah kurangnya privasi dan banyak kegiatan yang terlalu dipaksakan menurutku.
Kenapa aku bilang kurangnya privasi?
Karena begini, di tempat ini hal sekecil apapun yang terjadi, seluruh kampung bisa cepat tau.
Kenapa? Karena disini masih ada kebiasaan mengobrol di rumah tetangga (kata orang batak disini "mangota") dan bapak bapak nongkrong di warkop.
Aku tidak menyalahkan kegiatan ini selama tujuannya masih positif.
Tapi semakin kesini, aku merasakan kegiatan ini justru membawa dampak negatif.
Aku yang tidak suka keluar rumah hanya untuk mengobrol seperti ini dikata katain pemalas.
Bahkan karena aku jarang datang mengobrol ke rumah orang lain, ada yang sampe bilang gini. Ngapain di rumah aja? Jangan tidur mulu di rumah, nanti kamu gendut.
What? Siapa elu bisa ngejudge gue kalo gue di rumah cuma tidur aja?
Gak habis fikir aja sih, orang orang disini gampang banget ngejudge orang lain.
Dan berita sekecil apapun bisa tersebar dengan cepat karena kebiasaan ini.
Contohnya ya, si anu beli tivi baru aja bisa sekampung langsung tau.
Tau darimana?
Ya dari kebiasaan yang tadi.
Risih bukan?
Bahkan kalo misal gini nih, kami lagi keluar kota. Ya kami kan paling bilang ke tetangga doang sekalian nitip kunci. Nah besokannya pas kami pulang lagi, satu kampung bisa tau kami darimana.
Wihhhh, gak ada privasi banget yaaaa.
Aku berusaha memahami bagaimana cara masyarakat disini bergaul, tetapi semakin aku tau semakin aku merasa tidak nyaman. Hal yang paling tidak aku sukai, bagaimana mereka mudah sekali menjudge seserorang dan jika seseorang tidak sesuai dengan kebiasaan mereka langsung di judge salah atau tidak benar. Dan kebiasaan mereka membicarakan satu sama lain. Oh no, i hate this. Aku gak suka ini. Kenapa mereka bisa seperti ini? What do you think?
Yupppp..pola pikir !!!!
Emang sepertinya hal itu penyebab dari semua ini.
Pola pikir masyarakat disini sangat berbeda dengan kami.
Dan semakin aku tau, semakin aku merasa tidak nyaman dan berusaha menjauh.
Karena menurutku,bagaimanapun lingkungan sangat bisa mempengaruhi karakter kita.
Jadi kalo lama lama bergaul dengan mereka ini, bisa aja kan lama lama aku kayak mereka?
ahhh, BIG NO !!
Saya hanya berharap dan berdoa. Semoga Tuhan segera memberi suami pemindahan tugas ke tempat yang lebih baik. Aminnn.
Saya tidak bisa betah di tempat ini.
Saya merindukan tempat yang bisa menjadi tempat saya berkembang.
Bukan tempat yang mematikan semua semangat dan percaya diri saya.
Sebenernya saya mengalami banyak hal kurang mengenakkan di tempat ini. Banyak hal yang membuat saya sedih dan menangis disini.
Ada banyak banget kebiasaan dan pemikiran yang tidak sesuai dengan prinsip saya dan suami.
Saya dan suami berusaha untuk menghargai mereka.
Tapi maaf, kami tidak bisa dipaksa untuk hidup seperti mereka.
Mereka berusaha mensuggest kami supaya mengikuti cara hidup mereka.
Tapi maaf, kami punya prinsip sendiri.
Saya sudah terbiasa merantau dan biasanya saya cepat beradaptasi dan langsung bisa cinta dengan tempat baru.
Tapi kali ini, maaf.
Saya belum bisa mencintainya, meski sudah setahun disini.
Saya malah selalu berharap untuk bisa cepat cepat keluar dari tempat ini.
Saya belum bisa menyebut tempat ini rumah, seperti tempat tempat merantau saya sebelumnya.
Im sorry, but I still cannot say that this is our Home.
Nope.
Setelah semua ini..
Saya hanya ingin segera pindah :(
I need new place,
New environment
Note : semua ini murni adalah pikiran dan pendapat saya aja. Mungkin menurut orang lain tempat ini baik baik saja, dan mereka betah.
Karena itu, sekali lagi. Semua ini murni hanya curhatan dan pendapat pribadi saya saja. Kita berada di negara yang bebas berpendapat ya kan? Jadi tidak ada niatan untuk menjatuhkan atau menyudutkan daerah tertentu. Saya cuman lagi curhat doang.
Kalo gak suka, mohon diabaikan dan di close aja :)
Love,
XOXO
Comments
Post a Comment